Makna Persahabatan - 1




Telah beberapa waktu berlalu semenjak Mei mengenalkan Yen kepadaku. Semenjak itu ke-2 wanita Cina yang cantik serta bahenol ini jadi mitra seksku. Dengan cara teratur kami berjumpa untuk bersetubuh serta memberi kepuasan nafsu birahi. Umumnya kami bergabung di dalam rumah Mei di bilangan Margorejo (baca ceritaku awalnya: Hadiah Lagi Tahun Yang Mengagetkan 1 serta 2). Kedua-duanya seperti tidak terpuaskan. Ditambah lagi Yen. Nafsunya yang besar itu ibarat tidak ada habisnya. Permainan tempat tidurnya serius merangsang, hingga tetap ada keceriaan serta kebanggaan tertentu setiap saat saya menggumuli, menyetubuhi serta memberi kepuasan nafsunya.

Sehari Jumat, jam istirahat makan siang. Bersama-sama seorang rekan saya melaju ke Delta Plaza. Saat lagi asyik melahap mie goreng, ada SMS masuk hpku. Rupanya dari Yen.

"Kho Ardy, saya di meja sudut kanan. Buat saja seperti tidak mengenal, ya."

Saya melihat ke sudut kanan itu. Yen berada di sana bersama-sama sekumpulan rekan wanita. Ada 6 orang, semua Cina. Wow.. Cantik-cantik serta mulus-mulus. Mereka menceritakan sekalian tertawa-tawa dengan ceria. Yen melirik ke arahku sekalian menulis SMS di hpnya. Beberapa menit selanjutnya ada SMS masuk lagi.

"Pilih saja yang Kho Ardy senang."

Saya tidak bisa lagi fokus pada makan siangku. Mataku mempelajari beberapa wanita itu satu-satu. Saya lalu ingat percakapanku dengan Yen serta Mei satu malam sesudah bersetubuh dengan kedua-duanya.

"Saya telah punyai dua wanita Cina yang cantik serta seksi", kataku.

"Kapan dua ini bertambah jadi empat?"

"Kho Ardy ingin lebih lagi", kata Yen di luar sangkaanku.

"Gampang, Kho. Akan Yen mengatur. Ingin lebih dua atau berapakah, terserah Kho Ardy saja."

"Tidak perlu cemas", lanjut Mei.

"Akan ada kalanya hadiah baru lagi. Tetapi harus irit-hemat tenaganya. Soalnya wanita Cina itu nafsunya gede-gede. Haha.."

Saya tidak menyangka jika guyonan itu bisa menjadi fakta. Bermakna Yen serius akan menepati janjinya. Mataku tangkap yang duduk di samping kiri Yen. Mukanya manis imut-imut. Pandangan sepintas jelas memperlihatkan figur badannya yang tinggi tapi padat. Rambutnya panjang seperti punyai Yen didiamkan tergerai.

Lalu mataku tangkap figur yang membelakangiku. Wanita memiliki rambut pendek itu jelas memiliki tubuh padat. Bangku kecil merah yang didudukinya tidak dapat berisi pantatnya yang lebar itu. Yang lain-lain meskipun wajahnya manis rerata memiliki tubuh cukup kecil, pasti tidak masuk ke persyaratan seleraku.

"Yang di samping kiri serta yang di depanmu", tulisku dalam SMS untuk Yen.

Kulihat Yen membaca SMS di hpnya serta tersenyum sepintas. Saat mereka berjalan bersama-sama tinggalkan mejanya, saya memerhatikan satu demi satu. Tidak salah pilihanku. Sang rambut panjang itu setinggi Yen. Rok sedikit di bawah lutut serta blazer biru jelas itu cukup memberikan deskripsi bentuk badannya yang seksi. Buah dadanya mencolok. Pantatnya bundar besar. Deskripsi celana dalamnya sedikit nampak.

Yang memiliki rambut pendek sedikit semakin rendah. Pinggangnya ramping serta buah dadanya besar. Serta pantatnya. Aduhai! Bundar besar serta bergoyang-goyang dengan indahnya. Semakin besar dari pantat wanita yang tinggi itu, justru semakin besar dari pantat Mei serta Yen. Saya menelan liur. Yen mengedipkan matanya sepintas sekalian melirikku. Mereka berlalu sesaat rekan makan siangku terus ngomong tanpa ada sadar apakah yang sedang berlangsung. Kembali pada kantor saya tidak bisa fokus lagi. Kutelepon Yen.

"Bagaimana barusan?" tanyaku.

"Saya ingin yang rambut panjang di samping kirimu serta sang rambut pendek di depanmu itu."

"Telah kuduga jika Kho Ardy akan pilih yang itu", tuturnya sekalian ketawa kecil.

"Kedua-duanya memang sesuai dengan hasrat Kho Ardy. Yang memiliki rambut panjang namanya Dewi, 28 tahun. Yang memiliki rambut pendek namanya Fenny, seusiaku, 29 tahun."

"Kapan ketemunya", kataku tidak sabar.

"Haha.." tawanya renyah.

"Sudah nafsu nih ye", sambungnya merayu.

"Habis, montok-montok begitu", sahutku.

"Kho Ardy harus sabar sebab perlu pendekatan. Demikian sukses, Kho Ardy akan kukabarkan. Saya percaya tidak lama", tuturnya berbisik-bisik.

"Tetapi, sebelum bertemu mereka kan masih ada saya sama Mei yang tetap siap."

Setelah tatap muka itu, setiap saat bersetubuh dengan Mei serta Yen saya tetap menanyakan kapan berjumpa sang Dewi serta Fenny. Mei pun tidak memprotes serta punya mimpi bisa bermain berlima pada satu peluang kelak. Rupanya penantianku tidak berjalan lama. Tiga minggu setelah SMS di Delta Plaza, satu siang Yen menelponku.

"Ada khabar senang, Kho", kata Yen dengan suara renyah.

"Dewi serta Fenny ingin selekasnya kenalan dengan Kho Ardy."

"Benar Yen", sahutku.

"Siapa dahulu dong yang ngatur", sahutnya.

"Agar senang, kelak Kho Ardy main saja sama Dewi serta Fenny dahulu. Lalu kelak berlima sama saya serta Mei jika telah sangat mungkin", kata Yen.

"Bagaimana bagusnya?", tanyaku.

"Hari Jumat esok Mei akan nginap di tempatku", tuturnya lagi.

"Kalian gunakan saja rumah Mei, agar aman."

"Jadi Mei sudah tahu?" tanyaku.

"Yah, sudah", sahut Yen.

"Kedua-duanya sudah kenalan sama Mei. Mei sepakat kok, karena itu dia bermalam di rumahku agar kalian dapat bebas bermain bertiga. Kami menunggu Kho Ardy esok disana. Setelah Kho Ardy tiba, saya serta Mei pergi, agar Kho Ardy bebas nikmati Dewi serta Fenny."

"Wuii.. Kamu hebat deh, Yen", kataku.

"Tetapi Sabtu malam masih milikku serta Mei", tuturnya.

"Irit tenaganya, ya. Saya serta Mei ingin puas-puas."

"Ngomong-ngomong, bagaimana sich sampai mereka dapat ingin?" tanyaku.

"Haha..", Yen ketawa.

"Gampang kok. Mereka mengetahui jika saya serta Mei itu janda-janda muda. Tetapi kok tetap berseri-seri tiap awal minggu. Tahu kan, tujuanku? Mereka lalu menanyakan. Yah, kuceriterakan. Mei ceritera. Mei hebat promosinya seperti ceritanya dahulu ke saya. Semakin lama kedua-duanya tertarik serta pada akhirnya ingin kenalan benar-benar."

"Sudah kawin kedua-duanya?" tanyaku lagi.

"Kawin sich sudah", sahut Yen sekalian tertawa lagi.

"Tetapi belum menikah. Tidak apa-apa kan? Waktu ingin mencari yang perawan."

"Ya, tidak", kataku.

"Tetapi ingin kedua-duanya main bersama bertiga?" tanyaku lagi.

"Jangankan bertiga, berlima ingin", sahut Yen.

"Tidak perlu cemas Kho, kedua-duanya beberapa orang yang enjoy kok. Jika ingin, minggu kedepan kita main berlima saja. Kho Ardy dilayani kami berempat khan enak."

"Terima kasih Yen", kataku sesudah percaya.

"Akan ada hadiah untukmu."

"Apakah itu?" tanyanya.

"Dua jam penambahan di tempat tidur", sahutku.

"Iihh.. Maunya", sahut Yen sekalian ketawa.

Saya tutup telephone sekalian tersenyum sendiri. Set baru pengalaman seksku bertambah lagi dengan hadirnya dua wanita ini. Saya memikirkan enaknya bergumul dengan Dewi serta Fenny, ke-2 wanita cantik serta montok itu. Ditambah lagi jika menggumuli empat-empatnya bergiliran pada sebuah acara pesta sex, pasti jadi pengalaman yang tidak terlewatkan. Tidak berasa, kemaluanku bergerak dalam celanaku, seolah-olah tidak sabar menunggu saat nikmat berpadu dengan Dewi serta Fenny yang cantik serta bahenol itu.

Jumat sore. Saya ke arah rumah Mei dengan jantung berdebar-debar. Ada rasa bangga yang menyelip di dadaku sebab bisa nikmati kehangatan badan-tubuh wanita Cina yang cantik-cantik itu. Sebaliknya ada rasa kuatir , takut tidak diterima sebab tidak sesuai keinginan mereka. Maklum, umurku telah 39 tahun, sebelas serta sepuluh tahun semakin tua dari Dewi serta Fenny. Apa yang terjadi jika saya di rasa kurang cakep serta tidak diterima? Wah, tentu malu sekali. Tetapi kupikir Yen serta Mei tidak kemungkinan bohong. Tidakkah kedua-duanya telah suka dengan kejantananku?

Di muka pintu pagar saya ragu-ragu sesaat. Sesudah menarik nafas seringkali, saya menggerakkan pintu yang tidak terkunci. Saya masuk serta mengancing pintu pagar stainless still itu. Tanpa ada mengetuk, saya menggerakkan pintu depan. Seperti umumnya, jika telah ada janji pintu depan tidak digembok. Saya menggerakkan pintu serta mengambil langkah masuk.

"Hi, sayang", suara Mei menyambutku.

Astaga! Mei cuma kenakan celana dalam serta BH kecil berwarna merah yang membuat buah dadanya yang montok itu ibarat akan meloncat keluar. Saya kagum. Mei yang telah beberapa puluh kali kugumuli itu masih tampil menarik. Tapi yang membuatku kaget adalah triknya kenakan pakaian. Tentu yang lain-lain kenakan pakaian semacam itu.

Apa saya akan dilayani ke-4 wanita itu sekaligus juga? Dengan mesra Mei mengecup bibirku serta menggandengku masuk. Serta betul sangkaanku, di ruangan tengah sudah menanti Yen, Dewi serta Fenny, ketiganya cuma kenakan celana dalam serta BH kecil. Memerhatikan badan-tubuh montok bahenol hampir bugil itu, nafsu birahiku langsung menggelegak perlu pendistribusian. Kemaluanku langsung berdenyut-denyut dibalik celanaku, tidak sabar menunggu saat indah bersatu dengan wanita-wanita Cina cantik bahenol ini.

Mei melepaskanku serta berdiri berjajar bersama-sama Yen, Dewi serta Fenny. Saya heran melihat ke-4 wanita ini yang kenakan cuma BH serta celana dalam. Keempat-empatnya menggunakan sepatu hak tinggi hingga meningkatkan seksi panorama di depanku. Yen yang berdiri di samping Mei kenakan celana dalam serta BH berwarna hitam. Dadanya menyembul keluar dengan indahnya. Rambutnya yang panjang didiamkan tergerai. Di samping kiri Yen berdiri Fenny.

Dia kenakan celana dalam serta BH berwarna abu-abu. Rambutnya panjang tergerai sampai ke pantatnya. Dadanya mencolok ke depan, membusung serta dengan indahnya menyembul dari BH yang kecil. Serta.. Pantatnya itu, aduhai besarnya. Menariknya, pinggulnya cukup ramping untuk wanita dengan ukuran pantat demikian besarnya. Serta pada akhirnya, di jangkung Dewi dengan rambut di bawah bahu. Dia kenakan celana dalam serta BH berwarna krim. Dadanya juga montok memesona dengan badan padat serta sintal. Pinggangnya melekuk dengan indahnya menuruni pinggulnya yang digantungi dua bongkahan pantatnya yang lebar, meskipun tidak selebar punyai Fenny.

Bersambung.... Artikel Berkaitan