Makna Persahabatan - 3




Kulihat Dewi telah menelentang dengan mata tertutup. Bibirnya sedikit terbuka serta mendesis-desis. Pahanya sudah dibuka lebar-lebar. Kemaluannya merekah merah serta basah oleh cairan vaginanya, dihiasi oleh bulu-bulu hitam lebat di seputarnya. Tangan kirinya berpegangan erat dengan tangan Fenny seolah-olah menimba kemampuan serta suport. Dadanya terlihat bergelora oleh denyut jantungnya. Dia nampak meredam napas. Saya tahu, dia tidak sabar menunggu sensasi indah berpadu dengan diriku. Kuarahkan kemaluanku yang telah menegang serta berkilat-kilat.

Ujung kemaluanku menyingkap perlahan bibir kemaluannya. Dia mendesah nikmat. Lalu perlahan saya menyuruk masuk. Mulutnya makin lebar terbuka. Tangkai kemaluanku yang berkasa itu menerobos dinding-dinding vaginanya yang sudah basah berlendir. Saat setengah tangkai kemaluanku sudah menerobos liang enaknya Dewi, saya stop sesaat serta biarkan ia menikmatinya. Kulihat air muka Dewi yang menggelinjang kesenangan. Rambut hitamnya yang terserak di bantal menegaskan gestur mukanya yang putih mulus. Tangannya meremas-remas kain seprei. Dari mulutnya keluar desah-desah nikmat yang menggebu-gebu. Saya tersenyum bangga, dapat nikmati badan wanita secantik serta semontok Dewi.

Saat saya dengan hati senang nikmati gestur penuh kesenangan muka Dewi, di waktu itu ciuman bibir Fenny datang di belakangku, pas di atas pantatku. Saya kaget sebab geli. Reaksiku tidak tersangka. Saya menyodokkan kemaluanku dengan keras mengarah Dewi. Tangkai kemaluanku yang besar serta panjang itu dengan ganasnya menerobosi lubang surgawi Dewi serta tertancap seutuhnya di lubang yang telah basah berlendir itu. Dewi tersentak serta membelalakkan matanya sekalian mengeluh hebat. Jeritannya keras serta panjang membelah udara malam yang hening itu.

"Aaoohh..", erang Dewi penuh kesenangan.

Pantatnya dihentak-hentakkan ke atas untuk terima kemaluanku seutuhnya. Pahanya yang padat itu membelit pinggangku, hingga saya seutuhnya berpadu dengan dianya. Dia melolong-lolong seperti orang tidak sadar diri. Disamping itu jilatan lidah Fenny di sekitar bokongku membuat rasa nikmat itu makin menjadi-jadi. Sesudah stop sesaat serta memberikan peluang pada Dewi untuk nikmati sensasi nikmat ini, saya mulai bergerak. Kemaluanku kugerakkan maju mundur dengan cara memiliki irama. Sebelumnya perlahan, lalu bergerak semakin cepat. Badan montok Dewi bergetar-getar selaras dengan genjotan kemaluanku. Mulutnya terbuka serta mendesis-desis.

Lihat indahnya bibir-bibir mungil merah merekah itu, saya selekasnya datangkan bibirku disana. Kulumat habir bibir-bibir seksi itu. Dewi membalas tidak kalah hebatnya. Lidahku terpilin-pilin oleh sedotan mulutnya. Badanku mulai berpeluh, menetes serta bersatu dengan keringat Dewi. Pahanya sekarang dibuka lebar-lebar hingga saya bisa bebas menggenjot kemaluannya itu. Kecipak bunyi cairan vaginanya sebab sodokan kemaluanku dengan cara memiliki irama meningkatkan panas pertempuran penuh birahi ini.

"Saya ingin keluar.." erang Dewi.

"Mari, Mas.. Semakin keras! Auu!!"

Mengingat masih ada Fenny yang perlu dipuaskan, saya percepat pergerakanku supaya Dewi secepat-cepatnya orgasme. Betul! Dalam hitungan dua menit, Dewi menjerit sekeras-kerasnya sekalian menghentak-hentakkan pantatnya ke atas. Badannya menggeletar dengan hebas sebab diterpa rasa nikmat yang mengagumkan. Jeritannya itu tersekat oleh mulutku. Pahanya ketat membelit pinggangku. Tangannya memelukku seerat-eratnya. Desah senang terdengar dari mulutnya.

"Fenny masih menanti", kataku memperingatkan.

Dia mengangguk serta melepaskanku. Saya mengambil kemaluanku yang masih tetap tegak keras serta berkilat-kilat sebab diberi lendir vagina Dewi. Dari kemaluannya kulihat saluran lendir orgasmenya. Dewi masih berbaring dengan paha terbuka serta mata tertutup. Buah dadanya membusung ke atas, cukup memeras sebab remasan serta gigitanku. Kemaluannya masih merekah terbuka serta bergetar-getar, harus terlatih dengan genjotan kemaluanku yang keras serta besar ini.

Saya melihat serta kulihat Fenny menatapku dengan pandangan yang menunjukkan keinginan supaya nafsunya juga selekasnya dipuaskan. Saya mendatanginya. Dia bergerak serta mempersiapkan dianya untuk disetubuhi. Tidak kusangka, dia langsung menungging. Ternyata dia senang doggy model penetration.

"Saya tahu, Mas Ardy senang pantatku", tuturnya sekalian ketawa kecil.

"Mari, Mas! Fenny sudah tidak sabar, nih. Ingin cepat dirudal oleh penismu yang gede itu."

"Siapa takut!" sahutku.

Sebab Fenny sangat terangsang, saya tidak menanti semakin lama. Langsung kuarahkan kemaluanku mengarah kemaluannya yang merekah, diapiti oleh ke-2 bongkahan pantatnya yang montok, padat serta lebar itu. Benar-benar panorama yang indah serta benar-benar mengungkit birahi yang terkubur. Pantat yang lebar serta mulus itu tentu menjanjikan kesenangan yang tidak ada duanya. Bulu-bulu kemaluannya yang hitam lebat itu tutupi sedikit liang nikmat Fenny. Kusibak rambut-rambut itu serta tampaklah bibir-bibir vagina yang berwarna merah muda, fresh serta basah berlendir. Apalagi yang bisa menghalangiku menyetubuhi sang pantat besar ini?

Fenny turunkan kepalanya sampai bertopang ke bantal. Pantatnya diangkat. Tangannya meremas ujung-ujung bantal itu seolah-olah cari kemampuan. Nafasnya berdesah tidak teratur. Bulu-bulu halus badannya meremang, menunggu saat spektakuler saat kemaluanku ini akan menerobosi lubang surgawinya. Saya mendekat. Kuelus-elus ke-2 belahan pantatnya yang mulus padat itu. Perlahan jari-jariku dekati bibir-bibir vaginanya yang sudah basah itu. Jariku mendustai rambut lebat di sekitar lubang itu. Fenny mengerang-erang meredam birahinya yang makin menggila. Pantatnya bergetar-getar meredam rangsangan tanganku.

"Mari, Mas", erang Fenny.

"Sudah tidak tahan nih!"

Kuarahkan kemaluanku yang masih tetap benar-benar keras itu mengarah lubang kesenangan Fenny. Kuletakkan kepala kemaluanku di atas bibir-bibirnya. Fenny mendesah. Selanjutnya perlahan-lahan tetapi tentu saya mendorongnya ke depan. Kemaluanku menerobosi lubang enaknya itu. Fenny menjerit kecil sekalian mendongakkan kepalanya ke atas. Sesaat saya stop serta biarkan Fenny menikmatinya. Saat dia tengah mengerang-erang serta menggelinjang-gelinjang, tiba-tiba saya menyodokkan kemaluanku ke depan secara cepat serta keras. Secara lancar tangkai kemaluanku melaju ke liang vaginanya. Fenny tersentak serta menjerit keras.

"Ampunn, Mas!" jerit Fenny.

"Auu..!!"

Di waktu itu terdengar telephone berdering. Siapa sich yang nelpon malam-malam ini? Dewi bergerak terima telephone ini. Sekalian terus menggenjoti kemaluan Fenny, saya tangkap perbincangan itu.

"Eh, Yen", kata Dewi.

"Tuch lagi asyik disana. Fenny sampai menjerit-jerit tuch. Dapat dengar kan? Ya.. Saya sampai orgasme berkali-kali lho. Mas Ardy memang jawara deh. Ok.. Saya kesana."

Dewi bawa cordless telephone itu ke samping tempat tidur. Dia mendekatkannya ke kepala Fenny yang menjerit kesenangan. Ternyata Mei serta Yen ingin mendengarnya . Saya terpacu untuk memperlihatkan kejantananku. Karena itu saya percepat genjotan kemaluanku di vagina Fenny. Kujambak rambutnya hingga mukanya mendongak ke atas. Makin keras serta cepat genjotanku, makin keras erangan serta jeritan Fenny. Bunyi hentakan pantatnya makin memikat. Pada akhirnya kurasakan lahar sperma di kemaluanku akan memuncrat. Karena itu saya percepat kocokanku, agar Fenny lebih dulu orgasme. Betul!

"Aa..h.!" jerit Fenny.

"Aah.. Saya keluar! Saya keluar!"

Disertai jeritan kerasnya, badan Fenny menggeletar hebat diterpa rasa nikmat orgasme yang tidak terkatakan. Punggungnya meliuk ke atas serta mengejang. Hentakkan pantatku memasukkan kemaluanku dalam-dalam ke vagina Fenny. Dinding liang kemaluannya itu berasa menjepit tangkai kemaluanku, menemani muntahan spermaku penuhi lubang kenikmatannya. Tanganku mencekal pahanya yang padat itu serta menarik erat-erat mengarah kemaluanku, hingga kemaluanku yang kubanggakan itu tenggelam sedalam-dalamnya di kemaluan Fenny.

Punggung Fenny yang padat berisi itu bersimbah peluh. Rambutnya menempel. Dia mencengkam seprei kuat-kuat seolah-olah akan menimba kemampuan dari sana, meredam deraan rasa nikmat yang menempa sekujur badannya. Rasa nikmat yang sama menjalari badanku, disertai oleh rasa bangga sebab bisa beradu birahi dengan dua wanita Cina yang yang cantik serta bahenol. Kebanggaanku bertambah lebih komplet sebab kedua-duanya telah mendapatkan orgasme karena kejantananku.

"Sudah dahulu ya, Mbak", suara Dewi membuyarkan lamunanku.

"Fenny sudah keluar, tuch! Saya mendingan mandi, deh! Sesaat lagi tentu giliranku." Ternyata dia mengobrol dengan Mei serta Yen melalui telephone.

Rasa bangga menjalari kepalaku dengar perkataan Dewi itu. Sekalian masih biarkan kemaluanku menancap di badan Fenny, saya melihat mengarah Dewi. Saya tersenyum, dia membalasnya. Dia mendekatiku serta datangkan bibirnya di bibirku. Kami berpagutan erat sesaat badan Fenny yang masih tetap bersatu dengan badanku terus menggeletar meraih sisa-sisa kesenangan. Oh, malam yang teramat indah serta akan kukenang seumur hidupku.

"Oh! Enaknya!" kata Fenny.

"Saya tidak pernah sepuas ini!"

"Saya ", sahut Dewi.

"Mengagumkan Mas Ardy ini!"

Saya mengambil kemaluanku dari kemaluan Fenny. Kuperhatikan liang vaginanya yang dipenuhi spermaku bersatu cairan kemaluannya, menetes jatuh membasahi pahanya. Kami bertiga rebah di atas tempat tidur. Ke-2 wanita itu melekat lekat, Dewi disamping kiriku serta Fenny disamping kananku. Ciuman hangat datang di ke-2 pipiku. Seputar lima belas menit kami cuma berbaring diam melemaskan tubuh, mereguk sisa-sisa kesenangan serta mengumpulkan tenaga.

"Mandi, yuk!" ajak Dewi.

Bertiga kami berubah ke kamar mandi. Seperti dengan Mei serta Yen dahulu, kamar mandi itu menjadi ajang pelampiasan nafsu birahi. Dewi serta Fenny memandikanku. Kedua-duanya menyabuniku tidak dengan tangan. Dewi repot menyabuni semua sisi belakang badanku dengan buah dadanya, sesaat Fenny menyapu bersih semua sisi depan badanku dengan pantatnya yang lebar.